14 Mei 2010

KUCING PUN PUNYA KIAT

Saya sedang duduk menunggu pesanan makan malam bersama suami di sebuah restoran, ketika putra sulung kami menelepon, memberitahu bahwa atap kanopi di bagian belakang rumah pecah ditimpa seekor kucing besar. Saya berjanji akan segera mengecek setelah sampai di rumah. 
Benar saja, kanopi itu pecah dan salah satu tulang tiang jemuran patah dan telah disambung menggunakan selotip. Pecahnya kanopi ini cukup mengganggu karena atap halaman belakang menjadi terbuka ke langit lepas. Biasanya kami tidak pernah kuatir meninggalkan pakaian di jemuran, karena bagian belakang rumah itu tertutup seluruhnya oleh atap kanopi. Setelah ini asisten saya terpaksa harus menggeser-geser tiang jemuran karena gerimis mengancam pakaian yang ada di jemuran.
Paginya saya berdiri cukup lama di halaman belakang, mengamati kerusakan kanopi dan mencoba
mengira-ngira tindakan yang diperlukan untuk perbaikan atap itu. Kelihatannya atap kanopi itu memang sudah rapuh menahan hujan dan panas bergantian bertahun-tahun. Saya cukup heran bagaimana seekor kucing (yang biasanya lihai di ketinggian) bisa terjatuh dari sana dan selanjutnya menimpa tiang jemuran hingga tiang tersebut patah. 
Sulung saya dengan detil mendeskripsikan peristiwa jatuhnya kucing dan kekagetan yang ditimbulkannya, lengkap dengan analisis arah jatuhnya kucing yang tidak jatuh lurus, tapi membelok ke arah tiang jemuran. Ia sangat senang mendapatkan bukti dari teori, benda diam akan jatuh tegak lurus, sedangkan benda bergerak akan membentuk arah hiperbola. Saya membayangkan, kucing itu terpeleset (kanopi berbentuk lengkung, tidak rata) dan kaget sehingga terbanting ke atap kanopi dan memecahkan atap yang sudah lapuk tersebut, kemudian meluncur dengan arah melengkung hiperbola ke arah tiang jemuran.
Cerita dilengkapi oleh
Si Mbak, yang menggambarkan betapa besarnya kucing tersebut. Saya sempat berkomentar, “Agak aneh, ya Sus, biasanya kucing itu pintar jatuh, tapi mungkin karena jatuhnya nggak sengaja kali ya. Jangan-jangan tulangnya ada yang patah karena membentur tiang jemuran sampai tiangnya patah begitu”. 
Si Mbak langsung menimpali, “Iya, Bu, lha kucingnya sempat nggak gerak gitu, kayak semaput
Saya kaget dan merasa kasihan sekali dengan kucing malang tersebut,”Trus diapain, Sus ?”
Si Mbak menjawab,”Kucingnya besar, Bu, jadi saya sama Iis menggotong kucing itu keluar”
Saya merasa makin kasihan, “Sampai di luar diapain, Sus?”
Si Mbak menjawab lagi,”Sampai di luar dia jalan lagi, agak kepayahan, tapi bisa berjalan normal, Bu, mungkin
tadinya cuma terlalu kaget”
Saya mengiyakan dan berkata dalam hati, jangan-jangan memang ada tulangnya yang patah.
Pagi itu, setelah mengantar anak-anak ke sekolah, da
lam perjalanan ke kantor, saya berdiskusi dengan suami untuk memperbaiki atap itu secepatnya dan dengan biaya seefisien mungkin. Tak lupa saya juga bercerita ke suami tentang malangnya nasib kucing itu. Suami spontan berkomentar,”Kucingnya pura-pura pingsan tuh, takut kali disalahin”
Ha..ha..ha…mungkin kita memang sudah terlalu banyak mendengar dan membaca tentang pejabat yang mendadak sakit atau terganggu mentalnya setelah jadi tersangka, sehingga kucing pun dituduh ikut-ikutan menggunakan trik sakit…..tapi..siapa tahu
kiat tersebut memang milik kucing ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan komentar atau pendapat Anda