12 Januari 2015

Si Penelantar Blog

Sebenarnya ini bukan blog saya satu-satunya. Saya bahkan tidak ingat lagi berapa blog yang sudah saya buat sejak pertama mengenal blog di tahun 2004. Tapi jangan buru-buru mencap saya sebagai "blog freak" hehehe
Berawal dari keterlibatan saya dalam salah satu program yang diluncurkan Telkom pada tahun 2004. Program itu bertujuan untuk "memelek-kan" pelajar Indonesia akan internet. Guru-guru dan pelajar diundang ke kantor dan diberi edukasi tentang internet.
Di bulan-bulan pertama, saya turun sendiri mengajar para pelajar dan guru ini. Setiap kali mengajar saya selalu mencontohkan dan membimbing mereka praktik melakukan koneksi ke internet (waktu itu masih menggunakan akses dial up), membuka situs, membuat akun email, mengirim dan menerima email, berkomunikasi menggunakan aplikasi chat, dan membuat blog. Karena di masa itu internet masih belum jadi bagian dari hidup sehari-hari, saya tidak bisa hanya memperlihatkan contoh yang sudah jadi. Saya harus membimbing mereka langkah demi langkah, dan memperlihatkan kepada mereka efek dari setiap langkah.
Alhasil, setiap memberikan training saya membuat email baru, dan blog baru. Dan tidak satu pun email atau blog tersebut yang saya maintain. Kegiatan "rajin buat blog" ini baru terhenti setelah saya memberdayakan mantan-mantan murid saya untuk mengambil alih tugas mengajar.
Sampai suatu waktu, ada program Blog Karyawan, di mana setiap karyawan harus memiliki blog sendiri. Dan seperti sudah seharusnya, saya ditugaskan mengajari rekan-rekan karyawan untuk membuat blog. Beberapa di antara mereka ada yang meminta saya untuk membuatkan blog atas nama mereka. Dan tentu saja, saya juga harus membuat blog saya sendiri. Nasib blog-blog ini sama seperti sebelumnya, tidak pernah saya maintain.
Berhubung saya punya sifat agak pemalu (hahay....) diam-diam saya membuat blog lagi untuk saya baca-baca sendiri, tidak dipublikasikan ke siapapun. Tampilan blog seadanya, tidak canggih seperti blog-blog peserta lomba blog yang sering saya selenggarakan. 
Inilah blog itu, saya rencanakan untuk menampung banyak hal yang suka mampir di pikiran saya, tapi ternyata kebanyakan pikiran saya hanya mengendap di bagian terdalam dari otak saya, ditambah lagi saya lupa password, blog ini mati suri untuk beberapa tahun.
Baru-baru ini saja saya sadar bahwa password Google sekarang bisa dipakai untuk berbagai keperluan, iseng-iseng membuka blog saya, dan jendela Compose terpampang di depan mata, menggoda untuk menuliskan sesuatu.
Sementara ini saya aktifkan linknya ke Facebook, sebagai penebus "rasa bersalah" pada blog-blog saya yang dulu, yang mati permanen karena bahkan saya juga lupa alamatnya...sampai sifat pemalu saya mendorong saya kembali bersembunyi di balik blog...

Ditulis di Citywalk selesai meeting, menunggu hujan reda 

05 Januari 2015

Ketemu Lagi...

Senangnya, hari ini saya berhasil mengingat password blog saya yang sudah lama mati suri.
Sudah lama sekali tidak nge-blog, ada kangen, ada rasa geli membaca posting-posting saya terdahulu.
Tidak banyak posting, tapi sepertinya waktu itu saya cukup rajin. Intensitas kesibukan sekarang cukup menjauhkan saya dari dunia blogger. 
Hari ini pasang niat, kembali nge-blog, kembali ke dunia yang memberikan saya kebebasan berekspresi.
Just as me, that easy.....
Welcome back !

10 Juni 2010

SAHABAT-SAHABAT DI DALAM LINGKARAN

Ketika seorang bayi baru lahir, ia hanya mengenal orang tuanya. Kemudian ia mengenal saudara-saudaranya, tetangga–tetangga, dan seterusnya. Semakin bertambah usia, semakin banyak orang lain yang dikenalnya. Kenalan-kenalan ini makin bertambah saat seorang anak memasuki usia sekolah. Ia mulai memiliki teman dan teman-teman ini terus bertambah jumlahnya seiring dengan pertambahan pergaulannya.


Saya pernah “menuduh” seorang sahabat tidak pandai me”maintain” teman-temannya, karena sahabat saya ini sangat suka berkenalan, menambah teman baru, dan biasanya setelah itu tidak lagi berinteraksi dengan teman-temannya tersebut. Apalagi saat ini, jejaring sosial membuat kita tetap terhubung dengan teman-teman, tanpa harus sering melakukan kontak. Dengan kata lain, sewaktu-waktu kita ingin melakukan kontak, kita bisa langsung melakukannya tanpa harus mencari-cari alamat email atau nomor telepon yang bersangkutan.

Beberapa kali saya melihat profil-profil di situs jejaring sosial yang memiliki teman ribuan. Sementara rata-rata orang memiliki teman sejumah 400 hingga 500 orang saja. Dari jumlah itu, biasanya yang aktif melakukan kontak hanya puluhan, dan yang melakukan interaksi secara intens kemungkinan tidak sampai 10 orang.

Secara alami manusia melakukan pengelompokan terhadap hal-hal di sekitarnya, termasuk teman mereka. Pada dasarnya otak manusia menyukai hal-hal yang sistematis, artinya berurut dan berjenjang. Manusia cenderung memilih untuk lebih sering berinteraksi dengan kelompok yang menurut mereka memiliki kemiripan dalam hal minat, kebutuhan, dan gaya hidup. Di luar kelompok itu mungkin masih ada kelompok-kelompok lain lagi, misalnya teman SMA, teman kuliah, teman arisan, dll.

Yang menarik perhatian saya, ternyata pengelompokan itu tidak semata-mata berdasarkan kemiripan, namun ada suatu tingkatan (jenjang) yang membuat adanya perbedaan dalam cara berkomunikasi dan bergaul. Berikut saya coba menguraikan pengamatan saya, yang saya pilah-pilah berdasarkan intentisitas dan derajat komunikasinya, dengan menyebutnya sebagai RING.

1. RING NOL

Ini adalah kelompok yang paling dekat dengan individu. Anggotanya bisa saja hanya satu atau dua orang. Dalam kelompok ini, komunikasi bisa saja tidak standar, bahkan mungkin saja tidak menggunakan komunikasi verbal. Tidak heran, biasanya kelompok ini diisi oleh teman-teman terdekat. Dalam kelompok ini, seseorang bisa mengkomunikasikan kegembiraan dan kesedihan, masa lalu, rencana-rencana jangka pendek, bahkan impian-impian di masa datang. Anggota kelompok melakukan interaksi yang seimbang, saling memberi dan menerima, interaksi dilakukan terus menerus dan tingkat kepercayaannya sangat tinggi.. Pada kehidupan nyata, manusia menempatkan pasangan hidupnya dalam RING nol ini, bagi yang belum punya pasangan, RING ini diisi oleh seseorang yang disebut sahabat sejati, biasanya hanya ada 1 orang atau tidak ada sama sekali. Cirinya adalah, RING NOL adalah orang yang pertama diberitahu untuk informasi apapun.

2. RING SATU

Ini kelompok berikutnya, di mana seseorang bisa membagi kegembiraan dan kesedihannya, dan rencana-rencana jangka pendek. Ini adalah kelompok berikutnya yang diberitahu jika ada berita gembira atau sedih. RING ini biasanya juga dijadikan sebagai kelompok supporter dan pemberi solusi. Bagi yang tidak memiliki RING nol, maka RING SATU inilah teman-teman terdekatnya. Sebagian menyebut kelompok ini “sahabat seperjuangan”.

3. RING DUA

Ini adalah kelompok yang biasanya hanya sebagai teman berbagi senang dan sedih. Intensitasnya lebih rendah, kegembiraan ataupun kesedihan yang dibagi sifatnya hanya membagi, tidak mengharapkan solusi atau motivasi, karena bobot informasinya (gembira atau sedihnya) juga cukup ringan. Orang-orang berkepribadian tertutup, biasanya membatasi diri hanya memiliki teman maksimal sampai RING DUA.

4. RING TIGA

Ring ini adalah RING yang paling banyak penghuninya, di dalam kelompok ini, emosi yang dibagi hanya kegembiraan. Tingkat kepercayaan cukup rendah, karena seseorang tidak akan melakukan “curhat” di dalam RING TIGA.

5. RING EMPAT, dst

Semakin menjauh dari inti, gravitasi makin melemah. Hal ini juga berlaku bagi ring-ring berikutnya. Dengan kata lain, semakin besar indeks ringnya, intensitas dan derajat komunikasinya makin rendah. Kelompok-kelompok hobi dan diskusi mungkin bisa kita masukkan ke dalam RING EMPAT, sedangkan kelompok-kelompok dengan label “teman SMA”, “teman kuliah” akan lebih tepat dimasukkan ke RING LIMA, “teman dari teman” termasuk RING ENAM, dan seterusnya.

Penempatan RING ini tidak berlaku sama bagi semua orang. Bisa saja, seseorang yang kita tempatkan di RING SATU, ternyata menempatkan kita di RING TIGA, atau sebaliknya. Hal ini sah-sah saja, asal semua pihak menyadari dan memaklumi posisinya masing-masing. Salah seorang sahabat menempatkan saya di RING SATU, ia membagi kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, serta rencana-rencananya dengan saya. Saya memposisikan diri saya sebagai tempat curhat dan pemberi solusi, sementara saya sendiri tidak membagi perasaan saya dengannya (mungkin karena saya telah menumpahkan semuanya kepada RING NOL saya, atau bisa juga karena saya tidak ingin membuat sahabat saya ini menjadi “overload”). Ini adalah hubungan pertemanan yang tidak simetris. Namun sejauh ini sahabat saya tersebut tidak mempersoalkan hal itu karena ia tahu saya selalu siap untuk menjadi pendengar dan selalu ikut bersyukur untuk kebahagiaannya, dan saya juga terlihat senang melakukannya.

Memang perlu kedewasaan menyikapi perbedaan-perbedaan RING yang ada. Artinya, kita bisa saja menerima seseorang menempatkan kita atau menempatkan diri sendiri pada RING tertentu. Misalnya, jika kita tidak bersedia menjadi tempat curhat, kita sudah menempatkan diri kita tidak lebih dari RING TIGA. Dengan menjadi pendengar yang baik, kita minimal berada di RING DUA. Jika kita membagi kegembiraan, kesedihan, dan cita-cita dengan seseorang berarti kita menempatkan dia di RING SATU, walaupun orang tersebut tidak akan secara otomatis juga menempatkan kita di RING yang sama. Penempatan itu bisa saja berubah dari waktu ke waktu. Karena itu jangan heran atau tersinggung, jika sebelumnya seorang sahabat menempatkan kita di RING SATU, kemudian memindahkan kita ke RING TIGA, kemungkinan besar itu hanya reaksi alami penyeimbangan dari tindakan kita yang menempatkan dia di RING TIGA, atau semata-mata hanya karena memang ada penurunan intensitas dan derajat komunikasi.

Selamat me”maintain” sahabat dan teman

14 Mei 2010

KUCING PUN PUNYA KIAT

Saya sedang duduk menunggu pesanan makan malam bersama suami di sebuah restoran, ketika putra sulung kami menelepon, memberitahu bahwa atap kanopi di bagian belakang rumah pecah ditimpa seekor kucing besar. Saya berjanji akan segera mengecek setelah sampai di rumah. 
Benar saja, kanopi itu pecah dan salah satu tulang tiang jemuran patah dan telah disambung menggunakan selotip. Pecahnya kanopi ini cukup mengganggu karena atap halaman belakang menjadi terbuka ke langit lepas. Biasanya kami tidak pernah kuatir meninggalkan pakaian di jemuran, karena bagian belakang rumah itu tertutup seluruhnya oleh atap kanopi. Setelah ini asisten saya terpaksa harus menggeser-geser tiang jemuran karena gerimis mengancam pakaian yang ada di jemuran.
Paginya saya berdiri cukup lama di halaman belakang, mengamati kerusakan kanopi dan mencoba
mengira-ngira tindakan yang diperlukan untuk perbaikan atap itu. Kelihatannya atap kanopi itu memang sudah rapuh menahan hujan dan panas bergantian bertahun-tahun. Saya cukup heran bagaimana seekor kucing (yang biasanya lihai di ketinggian) bisa terjatuh dari sana dan selanjutnya menimpa tiang jemuran hingga tiang tersebut patah. 
Sulung saya dengan detil mendeskripsikan peristiwa jatuhnya kucing dan kekagetan yang ditimbulkannya, lengkap dengan analisis arah jatuhnya kucing yang tidak jatuh lurus, tapi membelok ke arah tiang jemuran. Ia sangat senang mendapatkan bukti dari teori, benda diam akan jatuh tegak lurus, sedangkan benda bergerak akan membentuk arah hiperbola. Saya membayangkan, kucing itu terpeleset (kanopi berbentuk lengkung, tidak rata) dan kaget sehingga terbanting ke atap kanopi dan memecahkan atap yang sudah lapuk tersebut, kemudian meluncur dengan arah melengkung hiperbola ke arah tiang jemuran.
Cerita dilengkapi oleh
Si Mbak, yang menggambarkan betapa besarnya kucing tersebut. Saya sempat berkomentar, “Agak aneh, ya Sus, biasanya kucing itu pintar jatuh, tapi mungkin karena jatuhnya nggak sengaja kali ya. Jangan-jangan tulangnya ada yang patah karena membentur tiang jemuran sampai tiangnya patah begitu”. 
Si Mbak langsung menimpali, “Iya, Bu, lha kucingnya sempat nggak gerak gitu, kayak semaput
Saya kaget dan merasa kasihan sekali dengan kucing malang tersebut,”Trus diapain, Sus ?”
Si Mbak menjawab,”Kucingnya besar, Bu, jadi saya sama Iis menggotong kucing itu keluar”
Saya merasa makin kasihan, “Sampai di luar diapain, Sus?”
Si Mbak menjawab lagi,”Sampai di luar dia jalan lagi, agak kepayahan, tapi bisa berjalan normal, Bu, mungkin
tadinya cuma terlalu kaget”
Saya mengiyakan dan berkata dalam hati, jangan-jangan memang ada tulangnya yang patah.
Pagi itu, setelah mengantar anak-anak ke sekolah, da
lam perjalanan ke kantor, saya berdiskusi dengan suami untuk memperbaiki atap itu secepatnya dan dengan biaya seefisien mungkin. Tak lupa saya juga bercerita ke suami tentang malangnya nasib kucing itu. Suami spontan berkomentar,”Kucingnya pura-pura pingsan tuh, takut kali disalahin”
Ha..ha..ha…mungkin kita memang sudah terlalu banyak mendengar dan membaca tentang pejabat yang mendadak sakit atau terganggu mentalnya setelah jadi tersangka, sehingga kucing pun dituduh ikut-ikutan menggunakan trik sakit…..tapi..siapa tahu
kiat tersebut memang milik kucing ?

10 Mei 2010

Jangan membanting pintu, siapa tahu Anda harus kembali

Itu yang saya baca dari status Facebook Mr Desneldi tadi pagi. Saya jadi ingin menyimpan kalimat itu. Sebelumnya saya pernah membaca kalimat itu entah di mana, sempat terkesan, tapi hanya begitu saja. Tapi kali ini saya ijin ke Mr. D untuk mencuplik status tersebut dan mencoba menelaah alasan saya mencupliknya.
Secara sederhana, kalimat ini lebih punya toleransi dibanding kalimat "tidak akan menjilat air ludah sendiri". Aduh, kok kesannya tidak higienis sekali ya, bisa juga diartikan mau menjilat air ludah orang lain ...walah....
Saya menangkap ada peringatan halus di situ, sebelum sempat membanting pintu diingatkan dulu, pikir-pikir sebelum membanting, kalau ternyata nanti ingin kembali, apakah masih bisa melewati pintu tersebut? Pertanyaan lanjutannya, apakah langkah "kembali" akan diterima dengan ikhlas (Forgiven and forgotten)?
Implementasi sederhana dari kalimat ini, pikir-pikir dulu sebelum melakukan atau mengucapkan sesuatu.
Saya juga jadi ingat sebuah kalimat motivasi tentang bagaimana mengoreksi tindakan atau ucapan yang keliru : "Selalu ada jalan untuk kembali".
Ya, selalu ada jalan untuk kembali, namun jika Anda pergi dengan menyakiti, Anda harus menimbang beribu kali untuk kembali.

26 April 2010

HIDUPLAH HARI INI

Yesterday is History
Tomorrow is Mystery
TODAY is a GIFT, that's why we call it "PRESENT"
Dari Bu Kek Siansu :
Berikut adalah nukilan percakapan Sin Liong dengan Swat Hong.

"Hiduplah saat ini, curahkan seluruh perhatian, seluruh hati dan pikiran, untuk menghadapi saat ini, apa yang terjadi kepadamu di saat ini, bukan apa yang boleh terjadi di masa depan, bukan pula mengenang apa yang telah terjadi di masa lalu"
"Kalau begitu kita menjadi tidak acuh dan bersikap masa bodoh.."
"Justru biasanya kita bersikap masa bodoh dan tidak acuh, tidak menaruh perhatian yang mendalam terhadap saat ini, karena seluruh perhatian kita sudah dihabiskan untuk mengingat-ingat masa lalu dan untuk membayang-bayangkan masa depan dengan seluruh pengharapannya, seluruh cita-citanya, seluruh nafsu keinginannya dan seluruh kesenangan dan kekecewaannya. Justru kalau bebas dari masa lalu tidak ada lagi bayangan masa depan dan kita hidup saat demi saat penuh perhatian, dan ini barulah dinamakan hidup sepenuhnya, hidup sempurna dan lengkap karena kita menghayati hidup dengan penuh kewajaran, tidak terbuai dalam alam kenangan dan harapan yang muluk-muluk namun sesungguhnya kosong belaka"
(dicuplik dari email seorang teman : Dhinta Darmantoro)